Kamis, 08 April 2010

Sinopsis Jumong Episode 17



Jumong menolong So Seo No melawan para penyusup. Dengan cukup mudah, Jumong bisa mengalahkan para penyusup itu hingga mereka melarikan diri.
Ma Ri dan yang lainnya berlari masuk ke kamar So Seo No dan terkejut mengetahui ada orang yang menyusup ke kamar So Seo No. Sayong menatap salah satu penyusup yang mati.
"Aku mengenalinya." ujar Sayong cemas. "Ia adalah salah satu prajurit Heng In yang kita temui sewaktu berdagang pedang."
"Tidak mungkin pasukan Heng In berani menyerang seseorang dari negara lain." kata Jumong.
"Benar!" Gye Pil menanggapi. "Pervuatan mereka bisa menyebabkan rusaknya hubungan diplomasi negara kita dan negara mereka."
Siang harinya, Sayong sudah mendapat informasi mengenai penyusup yang menyerang So Seo No. "Komandan yang dikirim oleh Heng In ketika transaksi pedang dengan kita saat itu bernama Bae Mang." kata Sayong. "Dia melanggar perintah dan mencoba mengambil emas yang seharusnya digunakan dalam pertukaran dengan kita. Karena itulah ia dipecat dari jabatannya. Ia kemudian mengumpulkan pengikutnya dan memberontak."
So Seo No menjadi cemas. "Aku seharusnya membunuh mereka ketika punya kesempatan." katanya.
Sayong mengatakan hal yang lebih mencemakan lagi. "Mereka bukan hanya memberontak, mereka juga adalah prajurit dan pejabat yang dilatih oleh militer Heng In. Mereka telah mengalami latihan berat dan melalui banyak pertarungan. Sangat riskan untuk kita jika meneruskan perjalanan. Lebih baik kita kembali ke BuYeo." Sayong berkata dan Gye Pil menyetujui.
Jumong mendongak, menatap Sayong. Tentu ia tidak akan setuju, namun Jumong hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

Jumong dan ketiga sahabatnya berdiskusi. Jumong memutuskan tidak akan memaksa ataupun berkata apapun pada So Seo No. "Biar dia yang memutuskan." katanya. ia kemudian bangkit.
"Mau kemana, Kak?" tanya Ma Ri.
"Aku akan pergi ke persembunyian Bae Mang." katanya tersenyum.

Di lain pihak, Geum Wa sedang dipusingkan oleh kedatangan Yang Jung. Yang Jung meminta padanya untuk mengirim 10.000 orang pasukan BuYeo untuk membantu pasukan Han dalam peperangan melawan barbarian di wilayah Yi bagian tenggara. "Kaisar memberi kesempatan lagi apda BuYeo untuk menunjukkan kesetiaan padanya. Hal ini juga bisa memperbaiki hubungan Han dan BuYeo yang makin memburuk." kata Yang Jung.
Para pejabat terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat yang satu adalah menerima perintah tersebut agar BuYeo tetap aman. Pendapat lainnya, tentu saja menolak, karena mengirim pasukan berarti akan membawa masalah lagi bagi BuYeo. Tidak mudah mengirim 10.000 pasukan karena BuYeo pasti akan kehilangan banyak prajurit.
"Kita harus memastikan Han akan memenangkan peperangan ini." kata Perdana Menteri, berniat membujuk Geum Wa agar mengirimkan pasukan bantuan.
Yang Jung menemui Dae So, meminta Dae So membujuk dan meyakinkan Geum Wa ahgar mengirimkan pasukan bantuan.
"Memikirkan para prajurit yang akan menumpahkan darah mereka demi Han, pastimembuat Yang Mulia tidak bisa tidur semalaman." kata Dae So. "Jika kami menyetujui permintaanmu, apa yang akan kami terima dari Han?"
"Asal kau mengirimkan pasukan bantuan, aku akan memastikan prajurit BuYeo dibayar dengan harga yang sama dengan prajurit Han. Aku juga berjanji bahwa tidak akan ada lagi masalah perdagangan diantara kita."
"Aku meminta prajurit BuYeo dibekali dengan baju perang dan senjata baja yang sama dengan prajurit Han, serta diizinkan membawa senjata tersebut bersama mereka jika mereka akan kembali."
Yang Jung terkejut.

Dae So kemudian menemui Geum Wa dan memberitahu hasil perundingannya dengan Yang Jung mengenai senjata besi. "Jika rencana ini berjalan lancar, maka BuYeo akan menjadi negara yang kuat. Jika kita memiliki 10.000 pasukan dengan senjata baja, maka negara mana yang berani menantang kita?"
Geum Wa tersenyum. "Dae So, jika Han kalah dalam peperangan ini, menurutmu berapa prajurit yang akan berhasil kembali hidup-hidup?" tanyanya. "Apa aku harus menukarkan nyawa para prajurit demi negara yang lebih kuat?"
"Untuk membentuk negara yang lebih kuat, butuh pengorbanan." kata Dae So.
"Pengorbanan itu akan mengurangi jumlah populasi dan menciptakan tebing pembatas antara pemerintah dengan rakyat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan." ujar Geum Wa.
Jumong dan ketiga sahabatnya menyusup ke tempat persembunyian Bae Mang untuk melihat keadaan dan situasi di sana. Mereka mempelajari bagaimana cara Bae Mang dan komplotannya merampok karavan pedagang serta rute mana yang dipergunakan oleh mereka.
"Senjata yang mereka gunakan sepertinya sangat hebat." kata Oyi. "Mereka juga memiliki 90 orang tawanan yang akan mereka jual sebagai budak."
"Mereka menggunakan rute ini untuk merampok." kata Ma Ri, menunjuk peta yang dipegangnya.
So Seo No sangat cemas dan kelihatan frustasi memikirkan masalah ini. Ia bingung membuat keputusan apa yang hendak diambilnya. "Jika kau bertanya apa keinginanku, maka aku akan menjawab terus maju sampai ke Go San." katanya. Gye Pil protes, namun So Seo No melanjutkan, "Ayah ingin mengujiku dengan membiarkan aku pergi. Ia ingin mengetahui kemampuanku. Aku tidak akan membuat para pekerja berada dalam bahaya karena keegoisanku. Kita kembali ke BuYeo."
Saat itulah Jumong tiba. Ia terkejut mengetahui keputusan So Seo No. Jumong menatapnya dan berkata sambil tersenyum. "Aku akan melaksanakan perintah Nona. Tapi sebelum kita pergi, aku ingin mengatakan sesuatu." kata Jumong. "Sejak aku berada di klan ini, aku belajar bahwa pengorbanan diperlukan demi mendapatkan keuntungan. Jika kita menyerah dan berpikir akan kalah, maka kita tidak akan punya kesempatan untuk menang. Beri aku waktu dua hari. Aku akan menyingkirkan hal yang menghalangi jalan kita ke Go San."
"Apa kau akan menyerang para bandit itu?" tanya Sayong.
"Aku belum memutuskan hal itu. Menyerang para bandit bisa menjadi satu pilihan. Tapi satu yang pasti, aku tidak akan membahayakan rombongan ini."
"Dua hari." kata So Seo No. "Jika kau belum bisa menemukan pemecahan atas masalah ini, kita kembali ke BuYeo."

Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo berkata protes pada Jumong. Tidak mungkin dalam waktu dua hari mereka bisa melakukan sesuatu pada para bandit.
"Aku akan pergi sendirian ke tempat persembunyian mereka." kata Jumong.
"Apa?!" seri Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo bersamaan.
Ujung-ujungnya, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo tidak bisa membiarkan Jumong pergi sendirian. Mereka berempat menyamar menjadi pedagang dan sengaja berjalan di tempat para bandit biasa merampok.
Beberapa bandit menyerang mereka. Tanpa perlawanan, Jumong dan lainnya dibawa ke markas persembunyian Bae Mang. Ma Ri berteriak-teriak pura-pura ketakutan. Mereka kemudian dikurung di dalam penjara dan hendak dijual sebagai budak.

So Seo No murung, masih tidak bisa melepaskan pikirannya dari masalah yang sedang menimpanya. "Aku tidak banyak berharap bahwa ia akan berhasil." kata So Seo No.
Sayong tersenyum. "Kau mencoba bersikap sama pada Pangeran Dae So dan Pangeran Jumong. Namun kelihatannya, kau sekarang bergerak lebih dekat pada Pangeran Jumong."
So Seo No tersenyum. "Aku tidak bisa menyangkal. Setiap kali aku melihatnya, aku merasa bahwa aku akan bersedia melakukan apapun yang aku bisa demi dia. Aku juga kasihan padanya dan khawatir memikirkan apa yang akan dilakukannya jika aku tidak ada disini. Apa kau tahu perasaan ini?"
Sayong hanya tersenyum, tidak berkata apapun. Tiba-tiba Gye Pil datang dan melapor pada So Seo No bahwa Jumong ternyata tidak mencari rute baru untuk perjalanan melainkan pergi ke markan persembunyian para bandit.
So Seo No terkejut dan cemas sekaligus.
Jumong dan yang lainnya berdiskusi untuk menyerang para bandit di tengah malam.
Pada saat yang sama, tangan kanan Do Chi, Han Dong, datang menemui Bae Mang untuk membeli budak. Ketika anak buahnya sedang melihat-lihat budak mana yang hendak mereka beli, tiba-tiba ia terkejut melihat Jumong dan teman-temannya ada di dalam penjara. Ia melaporkan hal tersebut pada Han Dong. Han Dong tersenyum licik.
Malam sudah tiba. Jumong dan yang lainnya membobol penjara dan berlari keluar, menyerang para bandit.
Ma Ri mendahului masuk ke rumah Bae Mang, namun tidak menemukan siapapun di dalam rumah tersebut. Mereka bergegas keluar, dan para bandit sudah mengepung mereka.
Rencananya gagal total karena kedatangan Han Dong. Jumong dikurung kembali di dalam penjara.

Han Dong membeli beberapa orang budak dan meminta Bae Mang membunuh Jumong. Bae Mang menyetujui hal itu, namun ia tidak terlalu mempedulikan Jumong. So Seo No-lah yang ia inginkan.
Han Dong kembali ke BuYeo dan menceritakan bahwa Jumong akan mati di tangan Bae Mang. Do Chi tertawa senang.
Bu Young mendengar pembicaraan mereka dan menangisi Jumong.

Yeo Mi Eul masih melakukan upacara ritual untuk langit selama berhari-hari. Wajahnya menjadi sangat pucat dan jatuh pingsan.

Yang Jung mulai kehilangan kesabaran menunggu jawaban Geum Wa. "Hanya menjawab 'iya' atau 'tidak' kenapa begitu lama?" serunya marah. Ia mengancam Dae So. Walaupun Dae So telah menghadiahkan kepala Hae Mo Su padanya, namun ia tidak akan segan-segan memutus persekutuan mereka jika Dae So berani menentangnya.

Mo Pal Mo menangis meraung-raung di depan Mu Song, memikirkan nasib bengkel pandai besinya yang terbengkalai. "Setiap kali Han datang, kami selalu diinjak-injak." teriaknya marah-marah. "Sampai kapan ini akan berlangsung? Mu Song, apa kau tahu kenapa sampai saat ini aku tidak punya istri dan anak? Itu karena aku menghabiskan hidupku untuk bengkel ini. Bengkel ini adalah istri dan anakku. Tapi mereka menyuruhku menghentikann pekerrjaan ini. Bukankah sama seperti menyuruhku membunuh anak dan istriku sendiri. Hanya Pangeran Jumong yang mengerti kesedihanku. Pangeran Jumong, kau harus menjadi Putra Mahkota dan hilangkan penderitaan dalam diri Mo Pal Mo."
Young Po tiba-tiba muncul dan mendengar perkataan Mo Pal Mo. Ia berteriak marah Mo Pal Mo. "Jangan pernah kau berani mengatakan hal itu lagi! Walau Yang Mulia menyukaimu, aku tidak akan segan-segan memancung lehermu!"
Yang Jung menemui Geum Wa untuk mendengar keputusan yang diambil olehnya. Geum Wa akhirnya memutuskan tidak akan mengirim pasukan bantuan untuk Han. Yang Jung meminta Geum Wa memikirkan hal ini lagi, namun Geum Wa sudah memutuskan dan tidak akan bisa diubah lagi.
"Para barbarian yang menentang Han akan dihabisi seperti debu. Mungkin saja Kaisar akan melakukan hal yang sama pada BuYeo." ancam Yang Jung.
"Tidak masuk akal!" teriak Geum Wa tanpa rasa takut. "Pulang dan beritahu kaisarmu, BuYeo akan bersiap untuk perang. Yang akan menjadi debu bukan BuYeo, tapi Han!"
"Pasti akan kusampaikan." ujar Yang Jung seraya pergi.
"Jenderal Heuk Chi!" panggil Geum Wa. "Mulai saat ini, siapkan prajurit BuYeo pada posisi perang. Kita harus bersiap-siap untuk menghadapi provokasi dari Han."
Perdana Menteri, Dae So dan Utusan Istana kelihatan tidak senang mendengar hal ini. Namun tidak ada hal yang bisa mereka lakukan. Mereka tahu bahwa akar dari masalah ini adalah garam. Jika tidak ada persediaan garam, maka mereka khawatir rakyat dan para prajurit akan binasa. Mereka harus mencari penyelesaian masalah garam ini.

Yeo Mi Eul menemui Geum Wa untuk bertanya kenapa Geum Wa tidak mengunjunginya saat ia melakukan upacara ritual. "Sebelum menjadi peramal, di hatiku selalu ada Yang Mulia. Setelah menjadi peramal, aku hanya mengabdikan hidupku untuk Yang Mulia dan BuYeo. Kenapa Yang Mulia bersikap seperti ini padaku?"
"Aku memiliki seseorang yang sangat kusayangi, yaitu Hae Mo Su." ujar Geum Wa. "Saat aku mengingat betapa kejam hal yang kau lakukan pada Hae Mo Su, aku tidak bisa menahannya. Luka ini akan ada bersamaku sampai aku mati."
Yeo Mi Eul sedih. Ia menatap Geum Wa dan bertanya apakah Geum Wa merasa punya kesempatan menang melawan Han. "Mengambil keputusan seperti itu akan membuat langit bersedih. Demi keselamatan BuYeo, tolong berlaku bijaksana."
"Jangan mengatasnamakan langit untuk membutakan mataku dan menulikan pendengaranku." ujar Geum Wa sinis.
Dua hari sudah berlalu dan tidak ada kabar apapun dari Jumong. So Seo No sangat cemas dan frustasi. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri ke markas persembunyian Bae Mang. Gye Pil dan Sayong melarangnya, namun ia tetap bersikeras untuk pergi.
"Ketika aku mendengar Pangeran Jumong pergi ke sana, aku menyesal kenapa aku tidak memikirkan hal itu sejak awal." kata So Seo No. "Ayahku dulu pernah berkata, sebagai seorang pedagang, kita harus melakukan transaksi dengan siapa saja termasuk musuh kita sendiri. Aku melupakan fakta bahwa aku adalah seorang pedagang."
"Jadi, kau akan melakukan pertukaran dengan mereka?"
"Kenapa tidak?" ujar So Seo No. Ia meminta Sayong menemaninya dan menyuruh Gye Pil penjaga rombongan.

So Seo No datang ke markas Bae Mang untuk mengadakan perundingan. Saat itu Bae Mang sedang tidak ada, maka So Seo No dikurung terlebih dahulu di penjara. So Seo No masuk ke dalam penjara yang sama dengan Jumong, sementara Sayong masuk ke penjara yang sama dengan Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo.
Jumong terkejut dan bangkit dari duduknya ketika melihat So Seo No. "Nona!"
So Seo No duduk di samping Jumong.
"Kau datang sendiri kemari?" tanya Jumong cemas. "Apa yang kau pikirkan?"
So Seo No menatap Jumong, tidak mengacuhkan pertanyaannya. "Apa kau terluka?"
"Nona!"
"Kenapa kau tidak memberitahu aku kalau kau datang ke sini?" So Seo No berkata sedih, hampir menangis. "Saat aku mendengar kalau kau akan membunuh Bae Mang, aku sangat takut."
"Sekarang aku sangat malu melihatmu, Nona." kata Jumong, menunduk. "Karena aku, kau dan seluruh rombongan mendapat masalah."
"Jangan salahkan dirimu. Alasanku datang kemari adalah untuk berunding dengan bandit. Jika bukan karenamu, aku tidak akan mendapat ide ini."
Jumong menatap So Seo No, bingung. "Perundingan macam apa yang akan kauu tawarkan? Kau terlalu gegabah."
"Bicara soal gegabah, kau dan aku tidak ada bedanya." kata So Seo No. "Aku... sudah menempatkan takdirku dan akan menukarkannya dengan nyawamu. Jika aku gagal, jika aku mati, aku tidak akan pernah menyesali keputusanku."
Jumong ingin mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba anak buah Bae Mang membawa So Seo No keluar karena Bae Mang sudah kembali ke markas.
Jumong berdiri. "Nona! Aku juga sudah memutuskan akan menempatkan takdirku berdampingan denganmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar