Kamis, 08 April 2010

Sinopsis Jumong Episode 17



Jumong menolong So Seo No melawan para penyusup. Dengan cukup mudah, Jumong bisa mengalahkan para penyusup itu hingga mereka melarikan diri.
Ma Ri dan yang lainnya berlari masuk ke kamar So Seo No dan terkejut mengetahui ada orang yang menyusup ke kamar So Seo No. Sayong menatap salah satu penyusup yang mati.
"Aku mengenalinya." ujar Sayong cemas. "Ia adalah salah satu prajurit Heng In yang kita temui sewaktu berdagang pedang."
"Tidak mungkin pasukan Heng In berani menyerang seseorang dari negara lain." kata Jumong.
"Benar!" Gye Pil menanggapi. "Pervuatan mereka bisa menyebabkan rusaknya hubungan diplomasi negara kita dan negara mereka."
Siang harinya, Sayong sudah mendapat informasi mengenai penyusup yang menyerang So Seo No. "Komandan yang dikirim oleh Heng In ketika transaksi pedang dengan kita saat itu bernama Bae Mang." kata Sayong. "Dia melanggar perintah dan mencoba mengambil emas yang seharusnya digunakan dalam pertukaran dengan kita. Karena itulah ia dipecat dari jabatannya. Ia kemudian mengumpulkan pengikutnya dan memberontak."
So Seo No menjadi cemas. "Aku seharusnya membunuh mereka ketika punya kesempatan." katanya.
Sayong mengatakan hal yang lebih mencemakan lagi. "Mereka bukan hanya memberontak, mereka juga adalah prajurit dan pejabat yang dilatih oleh militer Heng In. Mereka telah mengalami latihan berat dan melalui banyak pertarungan. Sangat riskan untuk kita jika meneruskan perjalanan. Lebih baik kita kembali ke BuYeo." Sayong berkata dan Gye Pil menyetujui.
Jumong mendongak, menatap Sayong. Tentu ia tidak akan setuju, namun Jumong hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

Jumong dan ketiga sahabatnya berdiskusi. Jumong memutuskan tidak akan memaksa ataupun berkata apapun pada So Seo No. "Biar dia yang memutuskan." katanya. ia kemudian bangkit.
"Mau kemana, Kak?" tanya Ma Ri.
"Aku akan pergi ke persembunyian Bae Mang." katanya tersenyum.

Di lain pihak, Geum Wa sedang dipusingkan oleh kedatangan Yang Jung. Yang Jung meminta padanya untuk mengirim 10.000 orang pasukan BuYeo untuk membantu pasukan Han dalam peperangan melawan barbarian di wilayah Yi bagian tenggara. "Kaisar memberi kesempatan lagi apda BuYeo untuk menunjukkan kesetiaan padanya. Hal ini juga bisa memperbaiki hubungan Han dan BuYeo yang makin memburuk." kata Yang Jung.
Para pejabat terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat yang satu adalah menerima perintah tersebut agar BuYeo tetap aman. Pendapat lainnya, tentu saja menolak, karena mengirim pasukan berarti akan membawa masalah lagi bagi BuYeo. Tidak mudah mengirim 10.000 pasukan karena BuYeo pasti akan kehilangan banyak prajurit.
"Kita harus memastikan Han akan memenangkan peperangan ini." kata Perdana Menteri, berniat membujuk Geum Wa agar mengirimkan pasukan bantuan.
Yang Jung menemui Dae So, meminta Dae So membujuk dan meyakinkan Geum Wa ahgar mengirimkan pasukan bantuan.
"Memikirkan para prajurit yang akan menumpahkan darah mereka demi Han, pastimembuat Yang Mulia tidak bisa tidur semalaman." kata Dae So. "Jika kami menyetujui permintaanmu, apa yang akan kami terima dari Han?"
"Asal kau mengirimkan pasukan bantuan, aku akan memastikan prajurit BuYeo dibayar dengan harga yang sama dengan prajurit Han. Aku juga berjanji bahwa tidak akan ada lagi masalah perdagangan diantara kita."
"Aku meminta prajurit BuYeo dibekali dengan baju perang dan senjata baja yang sama dengan prajurit Han, serta diizinkan membawa senjata tersebut bersama mereka jika mereka akan kembali."
Yang Jung terkejut.

Dae So kemudian menemui Geum Wa dan memberitahu hasil perundingannya dengan Yang Jung mengenai senjata besi. "Jika rencana ini berjalan lancar, maka BuYeo akan menjadi negara yang kuat. Jika kita memiliki 10.000 pasukan dengan senjata baja, maka negara mana yang berani menantang kita?"
Geum Wa tersenyum. "Dae So, jika Han kalah dalam peperangan ini, menurutmu berapa prajurit yang akan berhasil kembali hidup-hidup?" tanyanya. "Apa aku harus menukarkan nyawa para prajurit demi negara yang lebih kuat?"
"Untuk membentuk negara yang lebih kuat, butuh pengorbanan." kata Dae So.
"Pengorbanan itu akan mengurangi jumlah populasi dan menciptakan tebing pembatas antara pemerintah dengan rakyat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan." ujar Geum Wa.
Jumong dan ketiga sahabatnya menyusup ke tempat persembunyian Bae Mang untuk melihat keadaan dan situasi di sana. Mereka mempelajari bagaimana cara Bae Mang dan komplotannya merampok karavan pedagang serta rute mana yang dipergunakan oleh mereka.
"Senjata yang mereka gunakan sepertinya sangat hebat." kata Oyi. "Mereka juga memiliki 90 orang tawanan yang akan mereka jual sebagai budak."
"Mereka menggunakan rute ini untuk merampok." kata Ma Ri, menunjuk peta yang dipegangnya.
So Seo No sangat cemas dan kelihatan frustasi memikirkan masalah ini. Ia bingung membuat keputusan apa yang hendak diambilnya. "Jika kau bertanya apa keinginanku, maka aku akan menjawab terus maju sampai ke Go San." katanya. Gye Pil protes, namun So Seo No melanjutkan, "Ayah ingin mengujiku dengan membiarkan aku pergi. Ia ingin mengetahui kemampuanku. Aku tidak akan membuat para pekerja berada dalam bahaya karena keegoisanku. Kita kembali ke BuYeo."
Saat itulah Jumong tiba. Ia terkejut mengetahui keputusan So Seo No. Jumong menatapnya dan berkata sambil tersenyum. "Aku akan melaksanakan perintah Nona. Tapi sebelum kita pergi, aku ingin mengatakan sesuatu." kata Jumong. "Sejak aku berada di klan ini, aku belajar bahwa pengorbanan diperlukan demi mendapatkan keuntungan. Jika kita menyerah dan berpikir akan kalah, maka kita tidak akan punya kesempatan untuk menang. Beri aku waktu dua hari. Aku akan menyingkirkan hal yang menghalangi jalan kita ke Go San."
"Apa kau akan menyerang para bandit itu?" tanya Sayong.
"Aku belum memutuskan hal itu. Menyerang para bandit bisa menjadi satu pilihan. Tapi satu yang pasti, aku tidak akan membahayakan rombongan ini."
"Dua hari." kata So Seo No. "Jika kau belum bisa menemukan pemecahan atas masalah ini, kita kembali ke BuYeo."

Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo berkata protes pada Jumong. Tidak mungkin dalam waktu dua hari mereka bisa melakukan sesuatu pada para bandit.
"Aku akan pergi sendirian ke tempat persembunyian mereka." kata Jumong.
"Apa?!" seri Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo bersamaan.
Ujung-ujungnya, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo tidak bisa membiarkan Jumong pergi sendirian. Mereka berempat menyamar menjadi pedagang dan sengaja berjalan di tempat para bandit biasa merampok.
Beberapa bandit menyerang mereka. Tanpa perlawanan, Jumong dan lainnya dibawa ke markas persembunyian Bae Mang. Ma Ri berteriak-teriak pura-pura ketakutan. Mereka kemudian dikurung di dalam penjara dan hendak dijual sebagai budak.

So Seo No murung, masih tidak bisa melepaskan pikirannya dari masalah yang sedang menimpanya. "Aku tidak banyak berharap bahwa ia akan berhasil." kata So Seo No.
Sayong tersenyum. "Kau mencoba bersikap sama pada Pangeran Dae So dan Pangeran Jumong. Namun kelihatannya, kau sekarang bergerak lebih dekat pada Pangeran Jumong."
So Seo No tersenyum. "Aku tidak bisa menyangkal. Setiap kali aku melihatnya, aku merasa bahwa aku akan bersedia melakukan apapun yang aku bisa demi dia. Aku juga kasihan padanya dan khawatir memikirkan apa yang akan dilakukannya jika aku tidak ada disini. Apa kau tahu perasaan ini?"
Sayong hanya tersenyum, tidak berkata apapun. Tiba-tiba Gye Pil datang dan melapor pada So Seo No bahwa Jumong ternyata tidak mencari rute baru untuk perjalanan melainkan pergi ke markan persembunyian para bandit.
So Seo No terkejut dan cemas sekaligus.
Jumong dan yang lainnya berdiskusi untuk menyerang para bandit di tengah malam.
Pada saat yang sama, tangan kanan Do Chi, Han Dong, datang menemui Bae Mang untuk membeli budak. Ketika anak buahnya sedang melihat-lihat budak mana yang hendak mereka beli, tiba-tiba ia terkejut melihat Jumong dan teman-temannya ada di dalam penjara. Ia melaporkan hal tersebut pada Han Dong. Han Dong tersenyum licik.
Malam sudah tiba. Jumong dan yang lainnya membobol penjara dan berlari keluar, menyerang para bandit.
Ma Ri mendahului masuk ke rumah Bae Mang, namun tidak menemukan siapapun di dalam rumah tersebut. Mereka bergegas keluar, dan para bandit sudah mengepung mereka.
Rencananya gagal total karena kedatangan Han Dong. Jumong dikurung kembali di dalam penjara.

Han Dong membeli beberapa orang budak dan meminta Bae Mang membunuh Jumong. Bae Mang menyetujui hal itu, namun ia tidak terlalu mempedulikan Jumong. So Seo No-lah yang ia inginkan.
Han Dong kembali ke BuYeo dan menceritakan bahwa Jumong akan mati di tangan Bae Mang. Do Chi tertawa senang.
Bu Young mendengar pembicaraan mereka dan menangisi Jumong.

Yeo Mi Eul masih melakukan upacara ritual untuk langit selama berhari-hari. Wajahnya menjadi sangat pucat dan jatuh pingsan.

Yang Jung mulai kehilangan kesabaran menunggu jawaban Geum Wa. "Hanya menjawab 'iya' atau 'tidak' kenapa begitu lama?" serunya marah. Ia mengancam Dae So. Walaupun Dae So telah menghadiahkan kepala Hae Mo Su padanya, namun ia tidak akan segan-segan memutus persekutuan mereka jika Dae So berani menentangnya.

Mo Pal Mo menangis meraung-raung di depan Mu Song, memikirkan nasib bengkel pandai besinya yang terbengkalai. "Setiap kali Han datang, kami selalu diinjak-injak." teriaknya marah-marah. "Sampai kapan ini akan berlangsung? Mu Song, apa kau tahu kenapa sampai saat ini aku tidak punya istri dan anak? Itu karena aku menghabiskan hidupku untuk bengkel ini. Bengkel ini adalah istri dan anakku. Tapi mereka menyuruhku menghentikann pekerrjaan ini. Bukankah sama seperti menyuruhku membunuh anak dan istriku sendiri. Hanya Pangeran Jumong yang mengerti kesedihanku. Pangeran Jumong, kau harus menjadi Putra Mahkota dan hilangkan penderitaan dalam diri Mo Pal Mo."
Young Po tiba-tiba muncul dan mendengar perkataan Mo Pal Mo. Ia berteriak marah Mo Pal Mo. "Jangan pernah kau berani mengatakan hal itu lagi! Walau Yang Mulia menyukaimu, aku tidak akan segan-segan memancung lehermu!"
Yang Jung menemui Geum Wa untuk mendengar keputusan yang diambil olehnya. Geum Wa akhirnya memutuskan tidak akan mengirim pasukan bantuan untuk Han. Yang Jung meminta Geum Wa memikirkan hal ini lagi, namun Geum Wa sudah memutuskan dan tidak akan bisa diubah lagi.
"Para barbarian yang menentang Han akan dihabisi seperti debu. Mungkin saja Kaisar akan melakukan hal yang sama pada BuYeo." ancam Yang Jung.
"Tidak masuk akal!" teriak Geum Wa tanpa rasa takut. "Pulang dan beritahu kaisarmu, BuYeo akan bersiap untuk perang. Yang akan menjadi debu bukan BuYeo, tapi Han!"
"Pasti akan kusampaikan." ujar Yang Jung seraya pergi.
"Jenderal Heuk Chi!" panggil Geum Wa. "Mulai saat ini, siapkan prajurit BuYeo pada posisi perang. Kita harus bersiap-siap untuk menghadapi provokasi dari Han."
Perdana Menteri, Dae So dan Utusan Istana kelihatan tidak senang mendengar hal ini. Namun tidak ada hal yang bisa mereka lakukan. Mereka tahu bahwa akar dari masalah ini adalah garam. Jika tidak ada persediaan garam, maka mereka khawatir rakyat dan para prajurit akan binasa. Mereka harus mencari penyelesaian masalah garam ini.

Yeo Mi Eul menemui Geum Wa untuk bertanya kenapa Geum Wa tidak mengunjunginya saat ia melakukan upacara ritual. "Sebelum menjadi peramal, di hatiku selalu ada Yang Mulia. Setelah menjadi peramal, aku hanya mengabdikan hidupku untuk Yang Mulia dan BuYeo. Kenapa Yang Mulia bersikap seperti ini padaku?"
"Aku memiliki seseorang yang sangat kusayangi, yaitu Hae Mo Su." ujar Geum Wa. "Saat aku mengingat betapa kejam hal yang kau lakukan pada Hae Mo Su, aku tidak bisa menahannya. Luka ini akan ada bersamaku sampai aku mati."
Yeo Mi Eul sedih. Ia menatap Geum Wa dan bertanya apakah Geum Wa merasa punya kesempatan menang melawan Han. "Mengambil keputusan seperti itu akan membuat langit bersedih. Demi keselamatan BuYeo, tolong berlaku bijaksana."
"Jangan mengatasnamakan langit untuk membutakan mataku dan menulikan pendengaranku." ujar Geum Wa sinis.
Dua hari sudah berlalu dan tidak ada kabar apapun dari Jumong. So Seo No sangat cemas dan frustasi. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri ke markas persembunyian Bae Mang. Gye Pil dan Sayong melarangnya, namun ia tetap bersikeras untuk pergi.
"Ketika aku mendengar Pangeran Jumong pergi ke sana, aku menyesal kenapa aku tidak memikirkan hal itu sejak awal." kata So Seo No. "Ayahku dulu pernah berkata, sebagai seorang pedagang, kita harus melakukan transaksi dengan siapa saja termasuk musuh kita sendiri. Aku melupakan fakta bahwa aku adalah seorang pedagang."
"Jadi, kau akan melakukan pertukaran dengan mereka?"
"Kenapa tidak?" ujar So Seo No. Ia meminta Sayong menemaninya dan menyuruh Gye Pil penjaga rombongan.

So Seo No datang ke markas Bae Mang untuk mengadakan perundingan. Saat itu Bae Mang sedang tidak ada, maka So Seo No dikurung terlebih dahulu di penjara. So Seo No masuk ke dalam penjara yang sama dengan Jumong, sementara Sayong masuk ke penjara yang sama dengan Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo.
Jumong terkejut dan bangkit dari duduknya ketika melihat So Seo No. "Nona!"
So Seo No duduk di samping Jumong.
"Kau datang sendiri kemari?" tanya Jumong cemas. "Apa yang kau pikirkan?"
So Seo No menatap Jumong, tidak mengacuhkan pertanyaannya. "Apa kau terluka?"
"Nona!"
"Kenapa kau tidak memberitahu aku kalau kau datang ke sini?" So Seo No berkata sedih, hampir menangis. "Saat aku mendengar kalau kau akan membunuh Bae Mang, aku sangat takut."
"Sekarang aku sangat malu melihatmu, Nona." kata Jumong, menunduk. "Karena aku, kau dan seluruh rombongan mendapat masalah."
"Jangan salahkan dirimu. Alasanku datang kemari adalah untuk berunding dengan bandit. Jika bukan karenamu, aku tidak akan mendapat ide ini."
Jumong menatap So Seo No, bingung. "Perundingan macam apa yang akan kauu tawarkan? Kau terlalu gegabah."
"Bicara soal gegabah, kau dan aku tidak ada bedanya." kata So Seo No. "Aku... sudah menempatkan takdirku dan akan menukarkannya dengan nyawamu. Jika aku gagal, jika aku mati, aku tidak akan pernah menyesali keputusanku."
Jumong ingin mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba anak buah Bae Mang membawa So Seo No keluar karena Bae Mang sudah kembali ke markas.
Jumong berdiri. "Nona! Aku juga sudah memutuskan akan menempatkan takdirku berdampingan denganmu."

Kamis, 18 Februari 2010

Sinopsis Jumong Episode 16


"Negara Go San?" Yeon Ta Bal terkejut ketika So Seo No menceritakan transaksi yang ditawarkan oleh Jumong. "Tempat itu sangat jauh. Apa kau mau membawa semua karavan pedagang?"
"Ya, Ayah." jawab So Seo No.
"Itu terlalu berbahaya dan tidak menguntungkan." kata Sayong. "Tidak ada gunanya berdagang di Negara Go San."
Yeon Ta Bal, Sayong dan Oo Tae membujuk So Seo No agar tidak pergi. Namun So Seo No bersikeras. Dia mengatakan, jika perjalanannya kali ini berhasil, maka akan menguntungkan bagi klan mereka. Yeon Ta Bal terpaksa menyetujuinya.

So Seo No memberi tahu Jumong bahwa ayahnya telah bersedia membiarkan mereka pergi. Ia bertanya pada Jumong dari mana Jumong mengetahui tentang produksi garam Go San. Jumong menceritakan bahwa kakeknya-lah, Kepala Klan Ha Baek, yang memberi tahu ibunya. Mereka kemudian hendak menyiapkan segala keperluan perjalanan.
Saat itulah Na Ru datang, menyampaikan pesan Dae So yang meminta So Seo No menemuinya di istana.
"Katakan pada Pangeran bahwa aku sedang banyak urusan yang harus diselesaikan dan tidak bisa pergi ke istana sekarang." jawab So Seo No. Jumong kaget mendengar perkataannya itu.
"Pangeran... tidak akan senang mendengar jawabanmu." ujar Na Ru.
"Kenapa aku harus peduli apakah Pangeran senang atau tidak?" So Seo No berkata marah. "Aku bukan orang yang bisa dipanggil sesuka hatinya. Tolong sampaikan pada Pangeran semua yang kukatakan."
Jumong menatap So Seo No.
Yeon Ta Bal meminta Sayong menjaga So Seo No dengan baik. Ia ingin melihat dan menguji sejauh apa kemampuan So Seo No dalam memimpin para pedagang. Sedangkan Oo Tae kali ini tidak boleh ikut karena Yeon Ta Bal ingin memberikan tugas khusus padanya.
Oo Tae meminta Sayong membujuk Yeon Ta Bal agar mengizinkan Oo Tae pergi juga. Namun Sayong menolak. Ia tersenyum melihat Oo Tae, menyadari bahwa Oo Tae memiliki perasaan khusus pada So Seo No.

Jumong meminta Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo untuk ikut bersamanya dalam perjalanan ke Go San. Belum sempat mereka menyatakan keberatan, Jumong sudah menyuruh mereka bersiap-siap dan berjalan keluar.

Na Ru melaporkan pada Dae So bahwa So Seo No menolak mengunjunginya di istana. Dae So tertawa. "Benar-benar gadis yang angkuh dan tidak sopan." kata Dae So. "Aku mengerti. Karena dia tidak bisa datang, akulah yang akan mengunjunginya ke sana."
"Aku akan bersiap-siap." kata Na Ru.
"Tidak, jangan sekarang. Aku akan mengadakan rapat dengan pejabat."

Sayong kembali membujuk So Seo No agar mengubah rencananya. "Akan sangat baik jika kita bisa menemukan garam di Go San, dan ini akan menjadi keuntungan bagi kita. Tapi, jika hal ini membuat BuYeo menjadi terbebas dari ketergantungannya akan kebutuhan garam dari negara lain, maka BuYeo akan semakin kuat. Jika BuYeo memiliki persediaan garam yang banyak, maka kita telah membantu musuh menyegel kelemahan mereka. Konsekwensi ini tidak baik untuk GyehRu. Untuk menjaga agar klan GyehRu mampu berdiri bersama BuYeo, maka garam adalah senjata terkuat kita. Jika kita nantinya akan berperang dengan BuYeo, apa yang akan kita gunakan untuk melawan mereka? Jika nantinya kau menjadi Kepala Klan, kau harus memikirkan nasib rakyatmu."
Jumong pergi ke istana. Di sana, ia bertemu dengan Mu Song yang sedang melakukan tindakan tidak senonoh pada Mu Duk. Jumong memarahinya. "Kenapa kau melakukan tindakan seperti itu pada adikmu sendiri!" seru Jumong. "Aku tidak mengira kau orang seperti itu!"
"Pangeran! Aku ini bukan binatang." kata Mu Song. "Mu Duk bukan adikku."
"Benarkah?" tanya Jumong ragu. "Tapi dia selalu memanggilmu 'kakak, kakak'."
"Memangnya dia harus memanggil aku apa?" tanya Mu Song" Ayah?"
"Benarkah?" Jumong belum bisa percaya. "Hati-hati jangan sampai orang lain melihat kalian." Mu Song tertawa. "Kenapa?" tanya Jumong.
"Bisa-bisanya seorang Pangeran mengatakan hal seperti itu?" tanya Mu Song. "Dulu aku sering mendengar tentang Pangeran yang playboy. Tidak ada orang di BuYeo yang bisa menandingi Pangeran."
"Itu cuma masa lalu. Setelah aku menemui ibuku, tunggu aku di bengkel. Aku ingin bicara denganmu dan ketua."
Jumong pamit pada Yoo Hwa. Sebelum Jumong pergi, Yoo Hwa memberikan sebuah cincin padanya. Cincin itu adalah pemberian Hae Mo Su.
"Jika kau bertemu dengan gadis yang kau sukai, berikan cincin itu padanya." kata Yoo Hwa. Jumong tersenyum.
Jumong kemudian menemui Mo Pal Mo dan Mu Song. Ia mengatakan pada mereka agar berhati-hati selama Jumong tidak ada. Mo Pal Mo mengajak Jumong ke bengkel untuk menunjukkan pedang kuat yang berhasil dibuatnya. "Ini adalah pedang terkuat yang pernah dibuat di bengkel pandai besi BuYeo." kata Mo Pal Mo. "Pedang ini setara dengan pedang milik Han."
"Jadi kita sudah berhasil?" tanya Jumong senang.
"Belum." jawab Mo Pal Mo. "Pedang ini terbuat karena sebuah ketidaksengajaan. Tapi kami belum bisa memproduksi lagi pedang seperti ini. Tunggulah sebentar lagi, Pangeran. Aku akan menemukan rahasia pembuatan pedang baja."

Yeo Mi Eul berbincang dengan seorang peramal kecil bernama So Young. Ia memiliki hubungan yang dekat dengan gadis kecil itu.
"Sejak aku datang ke istana, aku merasakan ada sebuah kekuatan besar yang menekanku." kata So Young.
Yeo Mi Eul teringat saat Putri Bintang pingsan di depan Jumong. Ia berdiri hendak menemui Yoo Hwa.
Geum Wa mengatakan pada Yoo Hwa agar jangan dulu menceritakan pada Jumong mengenai Hae Mo Su. "Jika dia mengetahui hal yang sebenarnya, hal itu akan menjadi pukulan untuknya." kata Geum Wa. "Aku takut ini akan mempengaruhi dirinya. Jika waktunya sudah tepat, aku sendirilah yang akan menceritakan segalanya pada Jumong."
"Aku mengerti, Yang Mulia." ujar Yoo Hwa.

Yeo Mi Eul berkunjung ke ruangan Yoo Hwa. Geum Wa kelihatan tidak senang melihat YeoMi Eul.
Yeo Mi Eul mengatakan pada Yoo Hwa dan Geum Wa bahwa Busur Da Mul telah rusak. "Namun, Pangeran Jumong tidak mencapai Gunung Shijo. Lalu siapa yang merusakkan busur itu?" tanya Yeo Mi Eul.
Yoo Hwa sedikit cemas. "Jumong tidak pergi ke sana. Tapi aku yakin bukan Pangeran Dae So ataupun Pangeran Young Po.. Apa tidak ada orang lain yang pergi ke sana?"
"Aku tidak tahu." ujar Yeo Mi Eul. "Busur Da Mul adalah benda keramat milik BuYeo. Busur Da Mul bukan sesuatu yang bisa dirusak oleh manusia biasa. Rusaknya busur itu pasti merupakan pertanda bayangan gelap di masa depan BuYeo."
"Bayangan gelap?" tanya Geum Wa. "Apa kau menggunakan kata-kata ini untuk membuat bingung Lady Yoo Hwa? Busur Da Mul pasti rusak karena sudah tua."
"Peran Peramal adalah untuk melindungi masa depan BuYeo." kaya Yeo Mi Eul.
"Bukan peramal, tapi aku. Akulah yang menentukan masa depan BuYeo." ujar Geum Wa sinis.

Yeo Mi Eul memutuskan untuk mengadakan Upacara Langit selama 10 hari untuk memohon petunjuk dan meminta keselamatan BuYeo. Para peramal yang lain bingung. Upacara semacam ini hanya dilakukan bila ada suatu peristiwa tertentu.
"BuYeo dan Divisi Ramalan akan mengalami krisis." ujar Yeo Mi Eul.
Yeo Mi Eul dan semua peramal melakukan upacara. Hal ini membuat banyak pejabat panik dan cemas karena sudah lebih dari 10 tahun Yeo Mi Eul tidak melakukan upacara semacam ini.
So Seo No berpikir mengenai perkataan Sayong. Ia akhirnya memutuskan akan tetap melakukan perjalanan. "Aku akan tetap pergi." katanya pada Sayong. "Aku ingin membantu Pangeran Jumong. Jika terjadi konflik antara BuYeo dan GyehRu, maka aku akan menjadikan Pangeran Jumong sebagai senjata."
Keesokkan harinya, Jumong, So Seo No dan rombongan pergi melakukan perjalanan ke Go San.
Young po memberi tahu Dae So bahwa ia telah menceritakan pada Yeo Mi Eul kalau mereka sebenarnya tidak berhasil memasang tali Busur Da Mul.
Dae So marah padanya. "Apa yang sebenarnya ada di kepalamu? Kebodohanmu bukan hanya satu atau dua kali."
"Maafkan aku."
"Kebenarannya sudah berbuka. Kita bisa berbuat apa lagi?" Dae So beranjak pergi, namun Young Po memanggilnya. "Ada apa?"
"Jumong berkata dia tidak pergi ke Gunung Shijo. Lalu siapa yang merusak Busur Da Mul?" tanya Young Po.
"MANA AKU TAHU!" teriak Dae So tidak sabar.

Dae So mengunjungi rumah GyehRu untuk menemui So Seo No, namun So Seo No sudah pergi. "Ia pergi ke Go San." kata Yeon Ta Bal.
"Apakah Jumong pergi dengannya?" tanya Dae So.
"Ya." jawab Yeon Ta Bal.
Yeon Ta Bal dan Dae So berbincang di dalam rumah. "Apakah kau tahu bagaimana Jumong dan So Seo No saling mengenal?" tanya Dae So.
"Kudengar Pangeran Jumong hampir mati ketika ia jatuh di dalam lumpur hisap." ujar Yeon Ta Bal. "So Seo No-lah yang telah menyelamatkannya. So Seo No bahkan mengantar Jumong sampai ke Gunung Shijo."
Dae So terkejut. Ia teringat Jumong berkata bahwa dia tidak pernah mencapai Gunung Shijo.

So Seo No dan rombongan membangun kemah di suatu padang untuk bermalam. So Seo No mengajak Jumong makan bersamanya di dalam tenda, namun Jumong menolak dan lebih memilih bersama teman-temannya, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo.
So Seo No kecewa dan menjadi sedikit murung. Sayong hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Jumong, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo berjaga malam itu. Jumong duduk di depan api unggun seorang diri. So Seo No menghampirinya.
"Apa ada masalah?" tanya Jumong karena melihat So Seo No tidak bisa tidur.
"Ayah dan yang lainnya membujukku agar tidak pergi." kata So Seo No. "Tapi aku tetap memutuskan pergi. Aku bahkan tidak yakin apa kita bisa mendapatkan sesuatu dari perjalanan ini."
"Nona, kita harus berhasil." kata Jumong, tersenyum.
"Kenapa kau bilang begitu?" tanya So Seo No.
"Kau lebih pintar dari kebanyakan orang. Ketika aku pertama kali bertemu denganmu, kau pernah berkata bahwa aku adalah orang yang tidak berguna."
So Seo No tertawa. "Dulu kau memang sangat tidak berguna, tidak tahu berterima kasih, penakut dan banyak omong." katanya.
"Ya, karena aku bodoh." kata Jumong tersenyum. "Apa sekarang kau masih merasa aku tidak berguna?"
"Bagaimana aku mengatakannya?" So Seo No berpikir. "Kelihatannya kau sedikit lebih baik. Tapi jika dibandingkan dengan Pangeran Dae So, kau masih tertinggal jauh."
"Adik mana yang bisa melewati kemampuan kakaknya?"
"Kalau kalimat itu keluar dari hatimu, maka kau masih saja tidak berguna seperti dulu." kata Se Seo No tertawa.
Gye Pil dan Sayong melihat mereka dari jauh.
"Apa mereka saling jatuh cinta?" tanya Gye Pil.
"Sepertinya begitu." jawab Sayong.

Yang Jung berkunjung ke BuYeo. Kedatangannya itu membuat kecemasan pada banyak pihak. Sementara itu, Yeo Mi Eul dan peramal lain masih melakukan Upacara Langit.
Rombongan So Seo No akhirnya berhasil mencapai Heng In. Mereka bermalam di sebuah penginapan dan makan di sana. So Seo No makan satu meja dengan Gye Pil dan Sayong. Ia terus-menerus melirik ke arah Jumong.
Sementara itu, Jumong berada satu meja dengan ketiga sahabatnya, sibuk membicarakan peta wilayah yang ternyata terdapat banyak kesalahan.
Salah satu mantan prajurit Heng In yang dulu pernah mengalami konflik dengan So Seo No mengetahui kedatangan So Seo No dan melaporkan hal tersebut pada ketua mereka. Ia memerintahkan anak buahnya untuk menangkap So Seo No.
Ketika hari sudah malam, mereka mengendap-endap masuk ke kamar So Seo No. Namun So Seo No menyadari kedatangan mereka dan menarik pedangnya, hendak melawan. Terjadi pertarungan tidak seimbang.
Jumong mendengar ada keributan dan bergegas ke kamar So Seo No. Ia bertarung melawan para penyusup itu.