Kamis, 18 Februari 2010

Sinopsis Jumong Episode 16


"Negara Go San?" Yeon Ta Bal terkejut ketika So Seo No menceritakan transaksi yang ditawarkan oleh Jumong. "Tempat itu sangat jauh. Apa kau mau membawa semua karavan pedagang?"
"Ya, Ayah." jawab So Seo No.
"Itu terlalu berbahaya dan tidak menguntungkan." kata Sayong. "Tidak ada gunanya berdagang di Negara Go San."
Yeon Ta Bal, Sayong dan Oo Tae membujuk So Seo No agar tidak pergi. Namun So Seo No bersikeras. Dia mengatakan, jika perjalanannya kali ini berhasil, maka akan menguntungkan bagi klan mereka. Yeon Ta Bal terpaksa menyetujuinya.

So Seo No memberi tahu Jumong bahwa ayahnya telah bersedia membiarkan mereka pergi. Ia bertanya pada Jumong dari mana Jumong mengetahui tentang produksi garam Go San. Jumong menceritakan bahwa kakeknya-lah, Kepala Klan Ha Baek, yang memberi tahu ibunya. Mereka kemudian hendak menyiapkan segala keperluan perjalanan.
Saat itulah Na Ru datang, menyampaikan pesan Dae So yang meminta So Seo No menemuinya di istana.
"Katakan pada Pangeran bahwa aku sedang banyak urusan yang harus diselesaikan dan tidak bisa pergi ke istana sekarang." jawab So Seo No. Jumong kaget mendengar perkataannya itu.
"Pangeran... tidak akan senang mendengar jawabanmu." ujar Na Ru.
"Kenapa aku harus peduli apakah Pangeran senang atau tidak?" So Seo No berkata marah. "Aku bukan orang yang bisa dipanggil sesuka hatinya. Tolong sampaikan pada Pangeran semua yang kukatakan."
Jumong menatap So Seo No.
Yeon Ta Bal meminta Sayong menjaga So Seo No dengan baik. Ia ingin melihat dan menguji sejauh apa kemampuan So Seo No dalam memimpin para pedagang. Sedangkan Oo Tae kali ini tidak boleh ikut karena Yeon Ta Bal ingin memberikan tugas khusus padanya.
Oo Tae meminta Sayong membujuk Yeon Ta Bal agar mengizinkan Oo Tae pergi juga. Namun Sayong menolak. Ia tersenyum melihat Oo Tae, menyadari bahwa Oo Tae memiliki perasaan khusus pada So Seo No.

Jumong meminta Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo untuk ikut bersamanya dalam perjalanan ke Go San. Belum sempat mereka menyatakan keberatan, Jumong sudah menyuruh mereka bersiap-siap dan berjalan keluar.

Na Ru melaporkan pada Dae So bahwa So Seo No menolak mengunjunginya di istana. Dae So tertawa. "Benar-benar gadis yang angkuh dan tidak sopan." kata Dae So. "Aku mengerti. Karena dia tidak bisa datang, akulah yang akan mengunjunginya ke sana."
"Aku akan bersiap-siap." kata Na Ru.
"Tidak, jangan sekarang. Aku akan mengadakan rapat dengan pejabat."

Sayong kembali membujuk So Seo No agar mengubah rencananya. "Akan sangat baik jika kita bisa menemukan garam di Go San, dan ini akan menjadi keuntungan bagi kita. Tapi, jika hal ini membuat BuYeo menjadi terbebas dari ketergantungannya akan kebutuhan garam dari negara lain, maka BuYeo akan semakin kuat. Jika BuYeo memiliki persediaan garam yang banyak, maka kita telah membantu musuh menyegel kelemahan mereka. Konsekwensi ini tidak baik untuk GyehRu. Untuk menjaga agar klan GyehRu mampu berdiri bersama BuYeo, maka garam adalah senjata terkuat kita. Jika kita nantinya akan berperang dengan BuYeo, apa yang akan kita gunakan untuk melawan mereka? Jika nantinya kau menjadi Kepala Klan, kau harus memikirkan nasib rakyatmu."
Jumong pergi ke istana. Di sana, ia bertemu dengan Mu Song yang sedang melakukan tindakan tidak senonoh pada Mu Duk. Jumong memarahinya. "Kenapa kau melakukan tindakan seperti itu pada adikmu sendiri!" seru Jumong. "Aku tidak mengira kau orang seperti itu!"
"Pangeran! Aku ini bukan binatang." kata Mu Song. "Mu Duk bukan adikku."
"Benarkah?" tanya Jumong ragu. "Tapi dia selalu memanggilmu 'kakak, kakak'."
"Memangnya dia harus memanggil aku apa?" tanya Mu Song" Ayah?"
"Benarkah?" Jumong belum bisa percaya. "Hati-hati jangan sampai orang lain melihat kalian." Mu Song tertawa. "Kenapa?" tanya Jumong.
"Bisa-bisanya seorang Pangeran mengatakan hal seperti itu?" tanya Mu Song. "Dulu aku sering mendengar tentang Pangeran yang playboy. Tidak ada orang di BuYeo yang bisa menandingi Pangeran."
"Itu cuma masa lalu. Setelah aku menemui ibuku, tunggu aku di bengkel. Aku ingin bicara denganmu dan ketua."
Jumong pamit pada Yoo Hwa. Sebelum Jumong pergi, Yoo Hwa memberikan sebuah cincin padanya. Cincin itu adalah pemberian Hae Mo Su.
"Jika kau bertemu dengan gadis yang kau sukai, berikan cincin itu padanya." kata Yoo Hwa. Jumong tersenyum.
Jumong kemudian menemui Mo Pal Mo dan Mu Song. Ia mengatakan pada mereka agar berhati-hati selama Jumong tidak ada. Mo Pal Mo mengajak Jumong ke bengkel untuk menunjukkan pedang kuat yang berhasil dibuatnya. "Ini adalah pedang terkuat yang pernah dibuat di bengkel pandai besi BuYeo." kata Mo Pal Mo. "Pedang ini setara dengan pedang milik Han."
"Jadi kita sudah berhasil?" tanya Jumong senang.
"Belum." jawab Mo Pal Mo. "Pedang ini terbuat karena sebuah ketidaksengajaan. Tapi kami belum bisa memproduksi lagi pedang seperti ini. Tunggulah sebentar lagi, Pangeran. Aku akan menemukan rahasia pembuatan pedang baja."

Yeo Mi Eul berbincang dengan seorang peramal kecil bernama So Young. Ia memiliki hubungan yang dekat dengan gadis kecil itu.
"Sejak aku datang ke istana, aku merasakan ada sebuah kekuatan besar yang menekanku." kata So Young.
Yeo Mi Eul teringat saat Putri Bintang pingsan di depan Jumong. Ia berdiri hendak menemui Yoo Hwa.
Geum Wa mengatakan pada Yoo Hwa agar jangan dulu menceritakan pada Jumong mengenai Hae Mo Su. "Jika dia mengetahui hal yang sebenarnya, hal itu akan menjadi pukulan untuknya." kata Geum Wa. "Aku takut ini akan mempengaruhi dirinya. Jika waktunya sudah tepat, aku sendirilah yang akan menceritakan segalanya pada Jumong."
"Aku mengerti, Yang Mulia." ujar Yoo Hwa.

Yeo Mi Eul berkunjung ke ruangan Yoo Hwa. Geum Wa kelihatan tidak senang melihat YeoMi Eul.
Yeo Mi Eul mengatakan pada Yoo Hwa dan Geum Wa bahwa Busur Da Mul telah rusak. "Namun, Pangeran Jumong tidak mencapai Gunung Shijo. Lalu siapa yang merusakkan busur itu?" tanya Yeo Mi Eul.
Yoo Hwa sedikit cemas. "Jumong tidak pergi ke sana. Tapi aku yakin bukan Pangeran Dae So ataupun Pangeran Young Po.. Apa tidak ada orang lain yang pergi ke sana?"
"Aku tidak tahu." ujar Yeo Mi Eul. "Busur Da Mul adalah benda keramat milik BuYeo. Busur Da Mul bukan sesuatu yang bisa dirusak oleh manusia biasa. Rusaknya busur itu pasti merupakan pertanda bayangan gelap di masa depan BuYeo."
"Bayangan gelap?" tanya Geum Wa. "Apa kau menggunakan kata-kata ini untuk membuat bingung Lady Yoo Hwa? Busur Da Mul pasti rusak karena sudah tua."
"Peran Peramal adalah untuk melindungi masa depan BuYeo." kaya Yeo Mi Eul.
"Bukan peramal, tapi aku. Akulah yang menentukan masa depan BuYeo." ujar Geum Wa sinis.

Yeo Mi Eul memutuskan untuk mengadakan Upacara Langit selama 10 hari untuk memohon petunjuk dan meminta keselamatan BuYeo. Para peramal yang lain bingung. Upacara semacam ini hanya dilakukan bila ada suatu peristiwa tertentu.
"BuYeo dan Divisi Ramalan akan mengalami krisis." ujar Yeo Mi Eul.
Yeo Mi Eul dan semua peramal melakukan upacara. Hal ini membuat banyak pejabat panik dan cemas karena sudah lebih dari 10 tahun Yeo Mi Eul tidak melakukan upacara semacam ini.
So Seo No berpikir mengenai perkataan Sayong. Ia akhirnya memutuskan akan tetap melakukan perjalanan. "Aku akan tetap pergi." katanya pada Sayong. "Aku ingin membantu Pangeran Jumong. Jika terjadi konflik antara BuYeo dan GyehRu, maka aku akan menjadikan Pangeran Jumong sebagai senjata."
Keesokkan harinya, Jumong, So Seo No dan rombongan pergi melakukan perjalanan ke Go San.
Young po memberi tahu Dae So bahwa ia telah menceritakan pada Yeo Mi Eul kalau mereka sebenarnya tidak berhasil memasang tali Busur Da Mul.
Dae So marah padanya. "Apa yang sebenarnya ada di kepalamu? Kebodohanmu bukan hanya satu atau dua kali."
"Maafkan aku."
"Kebenarannya sudah berbuka. Kita bisa berbuat apa lagi?" Dae So beranjak pergi, namun Young Po memanggilnya. "Ada apa?"
"Jumong berkata dia tidak pergi ke Gunung Shijo. Lalu siapa yang merusak Busur Da Mul?" tanya Young Po.
"MANA AKU TAHU!" teriak Dae So tidak sabar.

Dae So mengunjungi rumah GyehRu untuk menemui So Seo No, namun So Seo No sudah pergi. "Ia pergi ke Go San." kata Yeon Ta Bal.
"Apakah Jumong pergi dengannya?" tanya Dae So.
"Ya." jawab Yeon Ta Bal.
Yeon Ta Bal dan Dae So berbincang di dalam rumah. "Apakah kau tahu bagaimana Jumong dan So Seo No saling mengenal?" tanya Dae So.
"Kudengar Pangeran Jumong hampir mati ketika ia jatuh di dalam lumpur hisap." ujar Yeon Ta Bal. "So Seo No-lah yang telah menyelamatkannya. So Seo No bahkan mengantar Jumong sampai ke Gunung Shijo."
Dae So terkejut. Ia teringat Jumong berkata bahwa dia tidak pernah mencapai Gunung Shijo.

So Seo No dan rombongan membangun kemah di suatu padang untuk bermalam. So Seo No mengajak Jumong makan bersamanya di dalam tenda, namun Jumong menolak dan lebih memilih bersama teman-temannya, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo.
So Seo No kecewa dan menjadi sedikit murung. Sayong hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Jumong, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo berjaga malam itu. Jumong duduk di depan api unggun seorang diri. So Seo No menghampirinya.
"Apa ada masalah?" tanya Jumong karena melihat So Seo No tidak bisa tidur.
"Ayah dan yang lainnya membujukku agar tidak pergi." kata So Seo No. "Tapi aku tetap memutuskan pergi. Aku bahkan tidak yakin apa kita bisa mendapatkan sesuatu dari perjalanan ini."
"Nona, kita harus berhasil." kata Jumong, tersenyum.
"Kenapa kau bilang begitu?" tanya So Seo No.
"Kau lebih pintar dari kebanyakan orang. Ketika aku pertama kali bertemu denganmu, kau pernah berkata bahwa aku adalah orang yang tidak berguna."
So Seo No tertawa. "Dulu kau memang sangat tidak berguna, tidak tahu berterima kasih, penakut dan banyak omong." katanya.
"Ya, karena aku bodoh." kata Jumong tersenyum. "Apa sekarang kau masih merasa aku tidak berguna?"
"Bagaimana aku mengatakannya?" So Seo No berpikir. "Kelihatannya kau sedikit lebih baik. Tapi jika dibandingkan dengan Pangeran Dae So, kau masih tertinggal jauh."
"Adik mana yang bisa melewati kemampuan kakaknya?"
"Kalau kalimat itu keluar dari hatimu, maka kau masih saja tidak berguna seperti dulu." kata Se Seo No tertawa.
Gye Pil dan Sayong melihat mereka dari jauh.
"Apa mereka saling jatuh cinta?" tanya Gye Pil.
"Sepertinya begitu." jawab Sayong.

Yang Jung berkunjung ke BuYeo. Kedatangannya itu membuat kecemasan pada banyak pihak. Sementara itu, Yeo Mi Eul dan peramal lain masih melakukan Upacara Langit.
Rombongan So Seo No akhirnya berhasil mencapai Heng In. Mereka bermalam di sebuah penginapan dan makan di sana. So Seo No makan satu meja dengan Gye Pil dan Sayong. Ia terus-menerus melirik ke arah Jumong.
Sementara itu, Jumong berada satu meja dengan ketiga sahabatnya, sibuk membicarakan peta wilayah yang ternyata terdapat banyak kesalahan.
Salah satu mantan prajurit Heng In yang dulu pernah mengalami konflik dengan So Seo No mengetahui kedatangan So Seo No dan melaporkan hal tersebut pada ketua mereka. Ia memerintahkan anak buahnya untuk menangkap So Seo No.
Ketika hari sudah malam, mereka mengendap-endap masuk ke kamar So Seo No. Namun So Seo No menyadari kedatangan mereka dan menarik pedangnya, hendak melawan. Terjadi pertarungan tidak seimbang.
Jumong mendengar ada keributan dan bergegas ke kamar So Seo No. Ia bertarung melawan para penyusup itu.

Sinopsis Jumong Episode 15

"Dia sangat hebat." kata Yeon Ta Bal pada So Seo No ketika mereka melihat Jumong berlatih memanah. Jumong berhenti berlatih dan mendekati mereka. "Bukankah Jumong berarti 'Pemanah Legendaris'?"
"Ya." jawab Jumong.
Yeon Ta Bel teringat sesuatu. "Dulu, aku pernah bertemu dengan seseorang yang pandai memanah sepertimu."
"Apa maksud ayah adalah Jenderal Hae Mo Su dari Pasukan Da Mul?" tanya So Seo No.
"Ya." jawab Yeon Ta Bal. "Ketika So Seo No baru dilahirkan, dia menyelamatkan karavan kamu dari serangan bandit. Keahlian memanah Hae Mo Su merupakan anugerah dari langit."
"Beliau adalah guruku." kata Jumong.
"Jenderal Hae Mo Su masih hidup?" Yeon Ta Bal terkejut.
"Benar, tapi beliau sekarang sudah meninggal." ujar Jumong sedih.
"Sayang sekali. Jika waktunya tepat, ia pasti bisa menjadi seorang Raja."
Tiba-tiba Gye Pil datang berlari-lari. "Nona, ada pesan dari istana. Pangeran Dae So mencarimu."
So Seo No melihat ke arah Jumong, lalu berkata pada Gye Pil. "Dia seharusnya datang kesini sendiri."
So Seo No datang menemui Dae So. Dae So memberinya sekotak perhiasan mewah. "Ini adalah simbol hatiku. Aku harap kau mau menerimanya." ujar Dae So.
So Seo No membawa perhiasan itu pulang. Ia bingung dan berpikir.
Jumong mengetuk pintu. So Seo No menyembunyikan kotak perhiasan dari Dae So. Jumong meletakkan beberapa laporan di meja So Seo No, kemudian So Seo No memintanya duduk.
"Aku sama sekali tidak bisa menebak pikiranmu, Pangeran." ujar So Seo No. "Aku mencoba mengerti, namun aku tidak bisa. Bukankah Pangeran Dae So adalah lawanmu kali ini? Kenapa kau begitu tenang. Jika kau laki-laki, jika kau Pangeran yang ingin menjadi Raja kelak, bukankah kau seharusnya memiliki perasaan kuat tentang semua ini? Apa kau benar-benar tidak memiliki ambisi untuk menjadi Putra Mahkota?"
Jumong tersenyum. "Jika aku memang berpikir seperti itu, tetap tidak ada yang bisa kulakukan."
"Apa masalah ini tidak membuatmu merasa marah?" tanya So Seo No.
"Jika marah namun tidak memiliki jalan untuk menyelesaikan masalah, maka semua itu hanya akan menjadi racun." kata Jumong tenang. "Setelah semua yang dilakukan kedua kakakku, aku juga berpikir hal apa yang bisa kulakukan untuk BuYeo. Pangeran Dae So berhasil menyelesaikan konflik dengan Han dan mengembalikan perdagangan garam. Pangeran Young Po berhasil mengamankan ratusan karung garam dari Ok Jo. Kedua kakakku telah memberikan banyak hal, namun mereka tidak menyelesaikan akar dari masalah."
"Apa maksudmu?" tanya So Seo No.
"Saat ini mungkin masalah memang selesai, namun jika suatu saat nanti Han berubah pikiran, masalah ini akan muncul lagi." jawab Jumong. "Jadi intinya, masalah ini masih ada. Jika BuYeo tidak lagi membutuhkan garam dari Han, maka masalah ini dapat terselesaikan."
"Apa kau punya rencana?"
"Tidak." jawab Jumong, menggeleng. Ia kemudian berdiri dan memohon diri untuk pergi.
So Seo No masih berpikir. "Kupikir dia bodoh, ternyata aku salah."
Jumong, Ma Ri, Oyi, dan Hyeopbo menemui Bu Young di tempat Do Chi. Mereka meminta Do Chi membebaskan Bu Young, namun Do Chi menolak. "Dia adalah budakku. Jika kau ingin membebaskan dia, maka kau harus membayar." kata Do Chi.
"Berapa?"
"5.000 yang untuknya dan 10.000 yang untuk kedua adiknya." ujar Do Chi. "Aku akan membebaskan dia jika kau memberiku uang itu.
"10.000 yang?! Kau bandit!" teriak Oyi marah.
"Kembali kemari jika kau sudah memiliki uang itu." kata Do Chi.
Jumong menoleh pada Bu Young. "Keadaanku yang sekarang sulit untuk mendapatkan uang itu. Bersabarlah. Aku pasti akan membebaskanmu."
Yeo Mi Eul masih berpikir mengenai patahnya Busur Da Mul. Pangeran Dae So dan Young Po berkata mereka melihat busur itu, sedangkan Jumong kembali sebelum mencapai gua tempat Busur Da Mul berada. Berarti, pelakunya ada diantara Dae So dan Young Po.
Yeo Mi Eul memanggil Young Po agar menemuinya di Kuil Ramalan.
"Ada apa?" tanya Young Po angkuh.
"Kau mengatakan bahwa kau dan Pangeran Dae So pergi ke Gunung Shijo dan memasang tali Busur Da Mul."
"Lalu kenapa?"
"Apa kau mengatakan yang sebenarnya?"
Young Po marah. "Kau menuduh aku dan kakakku berbohong pada Yang Mulia?"
"Busur Da Mul telah rusak." ujar Yeo Mi Eul.
"Rusak? Bagaimana itu bisa terjadi?!" seru Young Po terkejut.
"Pangeran Jumong berkata bahwa ia tidak pernah mendekati Gunung Shijo. Jadi orang terakhir yang menyentuk Busur Da Mul adalah kau dan Pangeran Dae So. Pasti diantara kalian bedua yang merusaknya!"
"Kami tidak merusaknya!" seru Young Po.
"Tidakkah kau tahu bahwa merusak pusaka BuYeo adalah dosa besar? Apa kau mau mengelak?" tanya Yeo Mi Eul memojokkan. "Busur yang dititipkan pada kami oleh Langit dan Bumi telah rusak. Seseorang harus membayar atas dosa ini!"
"Kami bahkan tidak bisa memasang tali busur. Bagaimana kami bisa merusaknya?" ujar Young Po. "Kakak juga tidak bisa memasang tali Busur Da Mul."
"Jadi, semua itu bohong?" tanya Yeo Mi Eul marah.
"Kami tidak bisa mengakui bahwa kami tidak sanggup memasang tali busur itu." ujar Young Po. "Ini masalah harga diri. Tolong jangan katakan pada siapapun."
Keesokkan harinya, Yeo Mi Eul memanggil Putri Bintang untuk mencari pelaku yang mematahkan Busur Da Mul. Ia membawa Putri Bintang melihat Dae So dan Young Po dari jauh, namun Putri Bintang menggeleng.
Yeo Mi Eul kemudian mengajak Putri Bintang bertemu dengan Jumong. Ketika ia melihat Jumong, entah kenapa tiba-tiba gadis kecil itu pingsan.
Jumong panik karena melihat gadis yang tidak dikenalnya tiba-tiba jatuh dihadapannya.. "Kau baik-baik saja?" tanyanya. Namun gadis kecil itu tidak menjawab dan bergegas pergi.
"Anak yang aneh." ujar Mu Song.

Mu Song dan Jumong mengunjungi istana. Jumong ingin menempatkan Mu Song sebagai bodyguard Mo Pal Mo. Mu Song protes dan marah-marah tidak jelas, namun Jumong tidak mengacuhkannya, malah menoleh pada Mo Pal Mo. "Mulai saat ini, aku akan menghubungimu lewat Mu Song."
"Ya, Yang Mulia." ujar Mo Pal Mo.
Jumong dan orang-orang kepercayaannya (Ma Ri, Oyi, Hyeopbo, Mo Pal Mo, dan Mu Song) berkumpul di suatu ruangan untuk mengadakan rapat.
"Mulai saat ini, apa yang kukatakan, simpan di dalam hati kalian dan rahasiakan semua." kata Jumong. Yang lain saling berpandangan dan menganguk. "Ketika kedua kakakku melakukan hal yang besar demi mendapatkan kedudukan Putra Mahkota, aku hanya berdiam. Namun kini, aku tidak akan diam lagi. Kita harus memulai persiapan."
"Aku akan melaksanakan perintah Pangeran." kata Mo Pal Mo. "Aku akan setia padamu sampai mati."
"Kami juga." sambung Ma Ri tidak mau kalah.
"Karena kalian merasa begitu, kurasa aku akan setuju juga." kata Mu Song. "Tapi persiapan apa yang ingin dimulai? Kenapa kau ingin aku menjaga bengkel pandai besi?"
"Kedua kakakku berusaha keras demi garam. Walaupun garam adalah hal yang penting, namun ada satu hal lagi yang tidak kalah penting, yaitu membuat persenjataan yang lebih baik. Yang Mulia sudah mencari metode pembuatan senjata selama bertahun-tahun."
"Maafkan ketidakmampuanku, Pangeran." kata Mo Pal Mo sedih.
"Kami semua tahu bagaimana kau mengabdikan dirimu." ujar Jumong pada Mo Pal Mo. "Aku ingin menemukan metode pembuatan senjata yang bagus dan kemudian memenangkan posisi Putra Mahkota. Jadi mulai saat ini, kita fokuskan pada pembuatan senjata."

Geum Wa bertanya pada Utusan Istana apakah ia telah menemukan pelaku perdagangan senjata ilegal ke Ok Jo. Ia memerintahkan agar terus berusaha mencari pelaku itu karena ia ingin melenyapkan pelaku perdagangan ilegal.
Dae So merasa Utusan Istana tidak akan berhasil menemukan pelakunya, maka ia berniat mengambil alih tugas ini.
Sayong menyuruh Hyeopbo menemuinya. Dengan basa-basi, ia bertanya pada Hyeopbo apakah sulit hidup di lingkungan para pedagang. Bila Hyeopbo merasa sulit, ia harus memberi tahu Sayong. "Kau sangat mirip dengannya." Sayong kemudian berkata, menatap Hyeopbo.
"Aku mirip dengan siapa?" tanya Hyeopbo.
Sayong tersenyum, kemudian berkata, "Kudengar kau penasaran, apakah aku ini laki-laki atau perempuan."
Hyeopbo merasa tidak enak. "Aku... aku hanya bertanya..."
"Aku... adalah perempuan dan laki-laki." ujar Sayong ringan. Hyeopbo terkejut setengah mati. Sayong melanjutkan dengan sedih, "Aku lahir dengan kondisi seperti ini, dan orang lain menganggap aku monster. Pernahkah kau membayangkan hidup sebagai budak dan tidak dianggap manusia?"
Hyeopbo ikut bersedih, merasa prihatin pada Sayong.
"Sebelum aku bertemu dengan Kepala Klan, ada seorang laki-laki yang membebaskan dan membesarkan aku. Kau mirip dengan laki-laki itu." kata Sayong. Ia menatap Hyeopbo. "Pandanganku padamu saat ini adalah sebagai seorang wanita."
Hyeopbo terkejut, tidak tahu harus bilang apa. Ia kemudian keluar. Ma Ri dan Oyi langsung berlari menghampiri.
"Apa yang ia katakan?" tanya Ma Ri penasaran.
"Ia mengatakann bahwa ia menyukaimu, kan?" tanya Oyi.
"Kalian!" seru Hyeopbo. "Kalian tahu, dia adalah orang yang sangat malang." Hyeopbo berjalan pergi sambil menghela napas. Teman-temannya bingung.

Mo Pal Mo mencari Yeon Ta Bal untuk menanyakan metode untuk membuat pedang.
"Dalam sebuah perundingan, ada yang memberi dan ada yang menerima." kata Yeon Ta Bal. "Jika aku membantumu, apa yang bisa kau lakukan untukku?"
"Aku akan memutuskan setelah mengetahui informasi darimu. Apakah berguna untukku atau tidak." kata Mo Pal Mo. Yeon Ta Bal menolak. Ia tidak bisa menyetujui transaksi semacam itu. Ia kemudian memberikan sebuah belati untuk Mo Pal Mo. "Aku mengenal seorang ahli pedang dari Han. Ia memberiku belati ini. Kau boleh memilikinya."
Mo Pal Mo mengamati belati itu dengan seksama, sama sekali tidak menyadari bahwa apa yang dikatakan Yeon Ta Bal adalah kebohongan belaka.

Dae So menyusup ke rumah Do Chi bersama pasukannya. "Siapa yang memberimu senjata dari bengkel pandai besi?" tanya Dae So.
Mulanya Do Chi tidak mau mengaku, namun Dae So mengancamnya hingga akhirnya ia buka mulut. "Pangeran Young Po dan Utusan Istana." jawab Do Chi.
Dae So bergegas kembali ke istana dan memanggil Young Po serta Utusan Istana. "Mengapa kalian melakukan ini!" Dae So memarahi mereka berdua.
"Kami melakukan ini untuk kakak." kata Young Po.
"Benar. Kami berpikir, jika ingin menang dalam kompetisi Putra Mahkota, maka kau harus memiliki uang." ujar Utusan Istana.
"Cukup!" teriak Dae So. "Kau ingin aku mati bersama kalian?! Aku tidak pernah meminta hal semacam ini! Apa kalian tahu hinaan seperti apa yang telah diterima Yang Mulia, BuYeo dan aku karena Yang Jung?"
"Maafkan aku, Kakak."
"Kita harus melenyapkan siapa saja yang tahu mengenai masalah ini." kata Dae So. "Siapa saja yang tahu selain Do Chi?"
Young Po berpikir.
Mo Pal Mo bekerja di bengkel sampai larut malam. Salah seorang anak buahnya menyerahkan sebuah pedang. Mo Pal Mo mencoba memukulkan pedang itu ke sebuah besi, dan pedang itu tidak patah. Ia terkesan.
"Apa kita harus memberi tahu Yang Mulia?" tanya anak buah Mo Pal Mo.
"Belum!" seru Mo Pal Mo. "Belum waktunya. Jika kita terburu-buru, kita hanya akan membuat Yang Mulia kecewa. Kita harus membuat pedang seperti ini 10 kali lipat. Jadi rahasiakan ini!"
Mo Pal Mo mengajak Mu Song pergi menemui Jumong, ingin menunjukkan pedang barunya. Di perjalanan, tiba-tiba mereka di serang oleh segerombolan orang tak dikenal. Mu Song melawan mereka dan menyuruh Mo Pal Mo lari dan memberi tahu Jumong.
Mo Pal Mo bergegas berlari memanggil Jumong.
Jumong, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo terkejut melihat segerombolan orang bercadar mengejar Mo Pal Mo. Mereka segera melawan orang-orang itu, sementara Jumong berlari hendak menolong Mu Song. Mereka menang dengan mudah. Jumong membuka cadar salah satu dari mereka dan terkejut.
"Apa kau mengenalnya?" tanya Mu Song.
Jumong dan yang lainnya berkumpul di ruangan Jumong. Mereka hanya terdiam, berpikir. Mu Song membuka mulut terlebih dulu. "Ini berarti ada orang yang hendak membunuh Ketua!"
"Aku?!" ujar Mo Pal Mo. "Apa aku terlihat memiliki musuh? Seumur hidupku aku hidup di bengkel pandai besi! Tidak ada alasan seseorang ingin membunuhku!"
Jumong hanya diam, berpikir. Mo Pal Mo menatap Jumong. "Pangeran, apa mungkin...."
Jumong mengangguk. "Aku juga memikirkan hal yang sama." katanya. Tiba-tiba ia bangkit dari duduknya. "Jangan ikuti aku."
"Sepertinya dia tahu siapa pelakunya." kata Oyi. Ia bertanya pada Mo Pal Mo. "Siapa?"
Mo Pal Mo terdiam lama. Mereka menatapnya lekat-lekat, penasaran. "Aku tidak tahu." Gubrak.
Young Po memberitahu Dae So bahwa ia gagal membunuh Mo Pal Mo. Dae So marah dan menggebrak meja. "Bunuh dia segera!" bentak Dae So.
Pelayan mengumumkan kedatangan Pangeran Jumong. Dae So menyuruh Jumong masuk. "Ada perlu apa kemari?" tanyanya.
"Mencuri senjata dari bengkel adalah kejahatan besar." Jumong memulai. "Tapi jika kau membunuh Ketua, bagaimana kalian akan menanggung kejahatan itu?"
"Kau! Beraninya kau berkata seperti itu pada kami!" teriak Young Po marah.
"Kakak, jika Yang Mulia tahu tentang hal ini, aku tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan kau terima." ujar Jumong mengancam dengan halus.
Young Po hendak meledak marah lagi, namun Dae So menyuruhnya diam dan meminta Jumong melanjutkan.
"Jika kalian bermaksud membunuhku agar aku tidak bicara, maka itu adalah keputusan yang buruk. Akan ada banyak mulut lagi yang harus ditutup." Jumong berkata dengan sangat tenang. "Jangan pernah berpikir untuk melakukan hal semacam ini lagi. Aku bukan lagi Jumong yang takut karena ancaman kalian. Jika kalian mengancamku, maka kalian yang akan membayar."
Jumong menunduk memberi hormat pada kedua kakaknya, lalu bangkit dari duduknya dan pergi.
"Kakak, aku harus membunuh si bodoh itu!" seru Young Po kesal.
"Diam! Aku tidak ingin melihatmu! Pergi dari hadapanku!" bentak Dae So pada Young po seraya menggebrak meja.

Setelah keluar dari ruangan Dae So, Jumong menemui ibunya. Yoo Hwa terlihat pucat. "Ada apa ibu?"
"Aku bermimpi tentang kakekmu." kata Yoo Hwa.
"Maksud ibu, Kepala Klan Ha Baek?" tanya Jumong.
"Mimpi itu terlihat sangat nyata." kata Yoo Hwa. "BuYeo menghadapi krisis karena garam beberapa saat ini, dan ketika aku hidup di Ha Baek, garam juga menjadi sumber hidup kami. Ketika aku masih kecil, aku mendengar dari ayahku bahwa di Negara Go San, ada sebuah gunung yang dilapisi oleh garam. Ayahku selalu berkata bahwa ia akan pergi kesana, namun dia tidak pernah bisa pergi."
"Garam dihasilkan di negara yang berbatasan dengan laut, seperti Ok Jo." kata Jumong. "Aku tidak pernah mendengar tentang gunung yang dilapisi garam."
"Mungkin ini hanya mitos."

Jumong mulai mencari tahu tentang negara Go San dan keberadaan gunung garam. Ia meminta Mari, Oyi dan Hyeopbo untuk mencari orang yang berasal dari Go San. Sulit menemukan orang yang berasal dari Go San karena negara itu adalah negara yang letaknya sangat jauh, namun akhirnya mereka berhasil menemukan satu orang.

Jumong kemudian menemui So Seo No dan menawarkan sebuah transaksi.