Kamis, 18 Februari 2010

Sinopsis Jumong Episode 16


"Negara Go San?" Yeon Ta Bal terkejut ketika So Seo No menceritakan transaksi yang ditawarkan oleh Jumong. "Tempat itu sangat jauh. Apa kau mau membawa semua karavan pedagang?"
"Ya, Ayah." jawab So Seo No.
"Itu terlalu berbahaya dan tidak menguntungkan." kata Sayong. "Tidak ada gunanya berdagang di Negara Go San."
Yeon Ta Bal, Sayong dan Oo Tae membujuk So Seo No agar tidak pergi. Namun So Seo No bersikeras. Dia mengatakan, jika perjalanannya kali ini berhasil, maka akan menguntungkan bagi klan mereka. Yeon Ta Bal terpaksa menyetujuinya.

So Seo No memberi tahu Jumong bahwa ayahnya telah bersedia membiarkan mereka pergi. Ia bertanya pada Jumong dari mana Jumong mengetahui tentang produksi garam Go San. Jumong menceritakan bahwa kakeknya-lah, Kepala Klan Ha Baek, yang memberi tahu ibunya. Mereka kemudian hendak menyiapkan segala keperluan perjalanan.
Saat itulah Na Ru datang, menyampaikan pesan Dae So yang meminta So Seo No menemuinya di istana.
"Katakan pada Pangeran bahwa aku sedang banyak urusan yang harus diselesaikan dan tidak bisa pergi ke istana sekarang." jawab So Seo No. Jumong kaget mendengar perkataannya itu.
"Pangeran... tidak akan senang mendengar jawabanmu." ujar Na Ru.
"Kenapa aku harus peduli apakah Pangeran senang atau tidak?" So Seo No berkata marah. "Aku bukan orang yang bisa dipanggil sesuka hatinya. Tolong sampaikan pada Pangeran semua yang kukatakan."
Jumong menatap So Seo No.
Yeon Ta Bal meminta Sayong menjaga So Seo No dengan baik. Ia ingin melihat dan menguji sejauh apa kemampuan So Seo No dalam memimpin para pedagang. Sedangkan Oo Tae kali ini tidak boleh ikut karena Yeon Ta Bal ingin memberikan tugas khusus padanya.
Oo Tae meminta Sayong membujuk Yeon Ta Bal agar mengizinkan Oo Tae pergi juga. Namun Sayong menolak. Ia tersenyum melihat Oo Tae, menyadari bahwa Oo Tae memiliki perasaan khusus pada So Seo No.

Jumong meminta Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo untuk ikut bersamanya dalam perjalanan ke Go San. Belum sempat mereka menyatakan keberatan, Jumong sudah menyuruh mereka bersiap-siap dan berjalan keluar.

Na Ru melaporkan pada Dae So bahwa So Seo No menolak mengunjunginya di istana. Dae So tertawa. "Benar-benar gadis yang angkuh dan tidak sopan." kata Dae So. "Aku mengerti. Karena dia tidak bisa datang, akulah yang akan mengunjunginya ke sana."
"Aku akan bersiap-siap." kata Na Ru.
"Tidak, jangan sekarang. Aku akan mengadakan rapat dengan pejabat."

Sayong kembali membujuk So Seo No agar mengubah rencananya. "Akan sangat baik jika kita bisa menemukan garam di Go San, dan ini akan menjadi keuntungan bagi kita. Tapi, jika hal ini membuat BuYeo menjadi terbebas dari ketergantungannya akan kebutuhan garam dari negara lain, maka BuYeo akan semakin kuat. Jika BuYeo memiliki persediaan garam yang banyak, maka kita telah membantu musuh menyegel kelemahan mereka. Konsekwensi ini tidak baik untuk GyehRu. Untuk menjaga agar klan GyehRu mampu berdiri bersama BuYeo, maka garam adalah senjata terkuat kita. Jika kita nantinya akan berperang dengan BuYeo, apa yang akan kita gunakan untuk melawan mereka? Jika nantinya kau menjadi Kepala Klan, kau harus memikirkan nasib rakyatmu."
Jumong pergi ke istana. Di sana, ia bertemu dengan Mu Song yang sedang melakukan tindakan tidak senonoh pada Mu Duk. Jumong memarahinya. "Kenapa kau melakukan tindakan seperti itu pada adikmu sendiri!" seru Jumong. "Aku tidak mengira kau orang seperti itu!"
"Pangeran! Aku ini bukan binatang." kata Mu Song. "Mu Duk bukan adikku."
"Benarkah?" tanya Jumong ragu. "Tapi dia selalu memanggilmu 'kakak, kakak'."
"Memangnya dia harus memanggil aku apa?" tanya Mu Song" Ayah?"
"Benarkah?" Jumong belum bisa percaya. "Hati-hati jangan sampai orang lain melihat kalian." Mu Song tertawa. "Kenapa?" tanya Jumong.
"Bisa-bisanya seorang Pangeran mengatakan hal seperti itu?" tanya Mu Song. "Dulu aku sering mendengar tentang Pangeran yang playboy. Tidak ada orang di BuYeo yang bisa menandingi Pangeran."
"Itu cuma masa lalu. Setelah aku menemui ibuku, tunggu aku di bengkel. Aku ingin bicara denganmu dan ketua."
Jumong pamit pada Yoo Hwa. Sebelum Jumong pergi, Yoo Hwa memberikan sebuah cincin padanya. Cincin itu adalah pemberian Hae Mo Su.
"Jika kau bertemu dengan gadis yang kau sukai, berikan cincin itu padanya." kata Yoo Hwa. Jumong tersenyum.
Jumong kemudian menemui Mo Pal Mo dan Mu Song. Ia mengatakan pada mereka agar berhati-hati selama Jumong tidak ada. Mo Pal Mo mengajak Jumong ke bengkel untuk menunjukkan pedang kuat yang berhasil dibuatnya. "Ini adalah pedang terkuat yang pernah dibuat di bengkel pandai besi BuYeo." kata Mo Pal Mo. "Pedang ini setara dengan pedang milik Han."
"Jadi kita sudah berhasil?" tanya Jumong senang.
"Belum." jawab Mo Pal Mo. "Pedang ini terbuat karena sebuah ketidaksengajaan. Tapi kami belum bisa memproduksi lagi pedang seperti ini. Tunggulah sebentar lagi, Pangeran. Aku akan menemukan rahasia pembuatan pedang baja."

Yeo Mi Eul berbincang dengan seorang peramal kecil bernama So Young. Ia memiliki hubungan yang dekat dengan gadis kecil itu.
"Sejak aku datang ke istana, aku merasakan ada sebuah kekuatan besar yang menekanku." kata So Young.
Yeo Mi Eul teringat saat Putri Bintang pingsan di depan Jumong. Ia berdiri hendak menemui Yoo Hwa.
Geum Wa mengatakan pada Yoo Hwa agar jangan dulu menceritakan pada Jumong mengenai Hae Mo Su. "Jika dia mengetahui hal yang sebenarnya, hal itu akan menjadi pukulan untuknya." kata Geum Wa. "Aku takut ini akan mempengaruhi dirinya. Jika waktunya sudah tepat, aku sendirilah yang akan menceritakan segalanya pada Jumong."
"Aku mengerti, Yang Mulia." ujar Yoo Hwa.

Yeo Mi Eul berkunjung ke ruangan Yoo Hwa. Geum Wa kelihatan tidak senang melihat YeoMi Eul.
Yeo Mi Eul mengatakan pada Yoo Hwa dan Geum Wa bahwa Busur Da Mul telah rusak. "Namun, Pangeran Jumong tidak mencapai Gunung Shijo. Lalu siapa yang merusakkan busur itu?" tanya Yeo Mi Eul.
Yoo Hwa sedikit cemas. "Jumong tidak pergi ke sana. Tapi aku yakin bukan Pangeran Dae So ataupun Pangeran Young Po.. Apa tidak ada orang lain yang pergi ke sana?"
"Aku tidak tahu." ujar Yeo Mi Eul. "Busur Da Mul adalah benda keramat milik BuYeo. Busur Da Mul bukan sesuatu yang bisa dirusak oleh manusia biasa. Rusaknya busur itu pasti merupakan pertanda bayangan gelap di masa depan BuYeo."
"Bayangan gelap?" tanya Geum Wa. "Apa kau menggunakan kata-kata ini untuk membuat bingung Lady Yoo Hwa? Busur Da Mul pasti rusak karena sudah tua."
"Peran Peramal adalah untuk melindungi masa depan BuYeo." kaya Yeo Mi Eul.
"Bukan peramal, tapi aku. Akulah yang menentukan masa depan BuYeo." ujar Geum Wa sinis.

Yeo Mi Eul memutuskan untuk mengadakan Upacara Langit selama 10 hari untuk memohon petunjuk dan meminta keselamatan BuYeo. Para peramal yang lain bingung. Upacara semacam ini hanya dilakukan bila ada suatu peristiwa tertentu.
"BuYeo dan Divisi Ramalan akan mengalami krisis." ujar Yeo Mi Eul.
Yeo Mi Eul dan semua peramal melakukan upacara. Hal ini membuat banyak pejabat panik dan cemas karena sudah lebih dari 10 tahun Yeo Mi Eul tidak melakukan upacara semacam ini.
So Seo No berpikir mengenai perkataan Sayong. Ia akhirnya memutuskan akan tetap melakukan perjalanan. "Aku akan tetap pergi." katanya pada Sayong. "Aku ingin membantu Pangeran Jumong. Jika terjadi konflik antara BuYeo dan GyehRu, maka aku akan menjadikan Pangeran Jumong sebagai senjata."
Keesokkan harinya, Jumong, So Seo No dan rombongan pergi melakukan perjalanan ke Go San.
Young po memberi tahu Dae So bahwa ia telah menceritakan pada Yeo Mi Eul kalau mereka sebenarnya tidak berhasil memasang tali Busur Da Mul.
Dae So marah padanya. "Apa yang sebenarnya ada di kepalamu? Kebodohanmu bukan hanya satu atau dua kali."
"Maafkan aku."
"Kebenarannya sudah berbuka. Kita bisa berbuat apa lagi?" Dae So beranjak pergi, namun Young Po memanggilnya. "Ada apa?"
"Jumong berkata dia tidak pergi ke Gunung Shijo. Lalu siapa yang merusak Busur Da Mul?" tanya Young Po.
"MANA AKU TAHU!" teriak Dae So tidak sabar.

Dae So mengunjungi rumah GyehRu untuk menemui So Seo No, namun So Seo No sudah pergi. "Ia pergi ke Go San." kata Yeon Ta Bal.
"Apakah Jumong pergi dengannya?" tanya Dae So.
"Ya." jawab Yeon Ta Bal.
Yeon Ta Bal dan Dae So berbincang di dalam rumah. "Apakah kau tahu bagaimana Jumong dan So Seo No saling mengenal?" tanya Dae So.
"Kudengar Pangeran Jumong hampir mati ketika ia jatuh di dalam lumpur hisap." ujar Yeon Ta Bal. "So Seo No-lah yang telah menyelamatkannya. So Seo No bahkan mengantar Jumong sampai ke Gunung Shijo."
Dae So terkejut. Ia teringat Jumong berkata bahwa dia tidak pernah mencapai Gunung Shijo.

So Seo No dan rombongan membangun kemah di suatu padang untuk bermalam. So Seo No mengajak Jumong makan bersamanya di dalam tenda, namun Jumong menolak dan lebih memilih bersama teman-temannya, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo.
So Seo No kecewa dan menjadi sedikit murung. Sayong hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Jumong, Ma Ri, Oyi dan Hyeopbo berjaga malam itu. Jumong duduk di depan api unggun seorang diri. So Seo No menghampirinya.
"Apa ada masalah?" tanya Jumong karena melihat So Seo No tidak bisa tidur.
"Ayah dan yang lainnya membujukku agar tidak pergi." kata So Seo No. "Tapi aku tetap memutuskan pergi. Aku bahkan tidak yakin apa kita bisa mendapatkan sesuatu dari perjalanan ini."
"Nona, kita harus berhasil." kata Jumong, tersenyum.
"Kenapa kau bilang begitu?" tanya So Seo No.
"Kau lebih pintar dari kebanyakan orang. Ketika aku pertama kali bertemu denganmu, kau pernah berkata bahwa aku adalah orang yang tidak berguna."
So Seo No tertawa. "Dulu kau memang sangat tidak berguna, tidak tahu berterima kasih, penakut dan banyak omong." katanya.
"Ya, karena aku bodoh." kata Jumong tersenyum. "Apa sekarang kau masih merasa aku tidak berguna?"
"Bagaimana aku mengatakannya?" So Seo No berpikir. "Kelihatannya kau sedikit lebih baik. Tapi jika dibandingkan dengan Pangeran Dae So, kau masih tertinggal jauh."
"Adik mana yang bisa melewati kemampuan kakaknya?"
"Kalau kalimat itu keluar dari hatimu, maka kau masih saja tidak berguna seperti dulu." kata Se Seo No tertawa.
Gye Pil dan Sayong melihat mereka dari jauh.
"Apa mereka saling jatuh cinta?" tanya Gye Pil.
"Sepertinya begitu." jawab Sayong.

Yang Jung berkunjung ke BuYeo. Kedatangannya itu membuat kecemasan pada banyak pihak. Sementara itu, Yeo Mi Eul dan peramal lain masih melakukan Upacara Langit.
Rombongan So Seo No akhirnya berhasil mencapai Heng In. Mereka bermalam di sebuah penginapan dan makan di sana. So Seo No makan satu meja dengan Gye Pil dan Sayong. Ia terus-menerus melirik ke arah Jumong.
Sementara itu, Jumong berada satu meja dengan ketiga sahabatnya, sibuk membicarakan peta wilayah yang ternyata terdapat banyak kesalahan.
Salah satu mantan prajurit Heng In yang dulu pernah mengalami konflik dengan So Seo No mengetahui kedatangan So Seo No dan melaporkan hal tersebut pada ketua mereka. Ia memerintahkan anak buahnya untuk menangkap So Seo No.
Ketika hari sudah malam, mereka mengendap-endap masuk ke kamar So Seo No. Namun So Seo No menyadari kedatangan mereka dan menarik pedangnya, hendak melawan. Terjadi pertarungan tidak seimbang.
Jumong mendengar ada keributan dan bergegas ke kamar So Seo No. Ia bertarung melawan para penyusup itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar